Legenda Putri Cadasari dan Ki Pande Gelang

Avatar photo
Pandegelang, Banten. dok. istimewa

Banten, yang terkenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, menyimpan kisah rakyat yang telah diwariskan secara turun-temurun, salah satunya adalah legenda tentang Putri Cadasari dan Ki Pande Gelang. Kisah ini menggambarkan cinta, kecerdikan, dan perjuangan untuk melawan kesewenang-wenangan.

Putri Cadasari adalah seorang gadis cantik jelita, anak dari seorang raja di wilayah Cadasari. Kecantikannya menarik perhatian banyak pelamar, termasuk Pangeran Cunihin, seorang pangeran yang kaya namun arogan. Meskipun Pangeran Cunihin dikenal dengan kekayaan dan kekuasaannya, Putri Cadasari tidak menyukainya karena sifatnya yang sombong dan sewenang-wenang.

Putri Cadasari kemudian bertemu dengan Ki Pande Gelang, seorang pembuat gelang yang dikenal karena kepandaiannya dalam membuat perhiasan indah dari logam mulia. Meski berasal dari kalangan sederhana, Ki Pande Gelang memiliki hati yang tulus dan kepribadian yang hangat, sehingga Putri Cadasari mulai jatuh hati padanya.

Suatu hari, Pangeran Cunihin melamar Putri Cadasari. Putri, yang ingin menghindari pernikahan tersebut, memberikan syarat yang sangat sulit: Pangeran Cunihin harus melubangi sebuah batu besar keramat dalam waktu semalam. Ia meminta bantuan Ki Pande Gelang untuk membuat rencana agar batu tersebut tidak dapat dilubangi.

Pangeran Cunihin, yang merasa tantangan tersebut tidak sulit, mulai melubangi batu tersebut dengan bantuan pengikutnya. Namun, menjelang pagi, batu itu tiba-tiba retak tanpa terbentuk lubang sempurna karena Ki Pande Gelang melakukan sihir halus yang membuat usaha Pangeran Cunihin gagal.

Akhirnya, Pangeran Cunihin marah dan meninggalkan Cadasari, sementara Putri Cadasari menikah dengan Ki Pande Gelang, yang berhasil memenangkan hati sang putri dengan kejujuran dan kecerdasannya.

Legenda ini mengajarkan bahwa kekayaan dan kekuasaan bukanlah segalanya. Kejujuran, ketulusan, dan kerja keras lebih berharga dalam meraih hati seseorang. Selain itu, legenda ini juga menjadi simbol kecerdikan rakyat biasa dalam menghadapi kesewenang-wenangan penguasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *